Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Mar 2024)

Perkawinan Heteroseksual sebagai Bentuk Coping Religius: Studi Kasus pada Seorang Laki-Laki Kristen dengan Ketertarikan Seksual Sesama Jenis

  • Teresa Indira Andani,
  • Elizabeth Kristi Poerwandari

DOI
https://doi.org/10.30648/dun.v8i2.1188
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 2
pp. 793 – 811

Abstract

Read online

Abstract. Not all individuals with same-sex sexual attraction want to express their sexual orientation, there are individuals who actually want to build a heterosexual marriage. There are various reasons that encourage this, including quite a lot of intentions to avoid the social stigma of being an individual with same-sex sexual attraction. However, various studies have revealed that there are positive reasons for marriage, one of which is religiosity. This research was a qualitative research using a case study method on a case of heterosexual marriage as a form of religious coping for a Christian man who identifies himself as religious with same-sex sexual attraction. The study showed that religiosity forms adaptive meanings for him to commit to living married life as a form of religious coping. Abstrak. Tidak semua individu dengan ketertarikan seksual sesama jenis ingin mengekspresikan orientasi seksualnya. Ada individu yang justru ingin membangun perkawinan heteroseksual. Ada berbagai alasan yang mendorong hal tersebut, seperti cukup banyak yang niatnya untuk menghindari stigma sosial sebagai individu dengan ketertarikan seksual sesama jenis. Meski begitu, berbagai penelitian telah mengungkapkan adanya alasan positif untuk menikah salah satunya adalah religiusitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus terhadap satu kasus perkawinan heteroseksual sebagai bentuk coping religius pada seorang laki-laki kristen yang mengidentifikasi dirinya sebagai religius dengan ketertarikan seksual sesama jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas membentuk pemaknaan adaptif bagi individu untuk membentuk komitmen menjalankan hidup perkawinan sebagai bentuk coping religius.

Keywords