Pharmaceutical Sciences and Research (Apr 2019)

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Metode Difusi Cakram

  • Melzi Octaviani,
  • Haiyul Fadhli,
  • Erenda Yuneistya

Journal volume & issue
Vol. 6, no. 1
pp. 62 – 68

Abstract

Read online

ABSTRACT Shallots (Allium cepa L.) are generally used as cooking ingredients by the community. The part of the shallot widely used is only a part of the tuber, while the outer shell of the shallot is thrown away because it is only considered as wastes. Based on phytochemical screening results, extract of shallot peels contains phenolics, flavonoids, and terpenoids that can inhibit the growth of microorganisms. The purpose of this research is to know the antimicrobial activity of ethanol extract of shallot peels against Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus as Gram positive bacteria, Salmonella thypi and Eschericia coli as Gram negative bacteria and also antifungal activity against Trichophyton mentagrophytes. The study was performed using disc diffusion method with the variation of concentration of ethanol extract of the peels of 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.125% and 1.5625% w/v, respectively, the positive control of chloramphenicol for bacteria, the positive control of nystatin for fungi and the negative control of DMSO. The diameter of the inhibition zone formed on the activity assay of ethanol extract of the shallot peels against Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Salmonella thypi and Eschericia coli at the concentration of 50% was 11.75 mm, 16.03 mm, 9.42 mm and 7.77 mm, respectively. The inhibition zone formed on the activity assay of ethanol extract of the shallot peels against Trichophyton mentagrophytes at the concentration of 50% was 18.53 mm. As conclusion, ethanol extract of the shallot peels could inhibit the growth of Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Salmonella thypi, Escherichia coli and Trichophyton mentagrophytes. ABSTRAK Bawang merah (Allium cepa L.) secara umum digunakan sebagai bumbu masakan oleh masyarakat. Bagian dari bawang merah yang banyak dimanfaatkan adalah bagian umbinya saja, sedangkan bagian kulit terluar dari bawang merah tersebut dibuang karena hanya dianggap sebagai limbah. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, ekstrak kulit bawang merah mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan terpenoid yang dapat memberikan daya hambat terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antimikroba ekstrak etanol dari kulit bawang merah terhadap Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus sebagai bakteri Gram positif, Salmonella thypi dan Eschericia coli sebagai bakteri Gram negatif serta aktivitas antijamur terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes. Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram dengan beberapa konsentrasi ekstrak etanol dari kulit bawang merah yaitu 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% dan 1,5625% b/v serta kontrol positif kloramfenikol untuk bakteri, kontrol positif nistatin untuk jamur dan DMSO sebagai kontrol negatif. Diameter hambat yang dihasilkan pada pengujian ekstrak etanol dari kulit bawang merah terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Salmonella thypi dan Eschericia coli dengan konsentrasi 50% berturut-turut adalah 11,75 mm; 16,03 mm; 9,42 mm dan 7,77 mm. Diameter hambat yang dihasilkan pada pengujian ekstrak etanol dari kulit bawang merah terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes dengan konsentrasi 50% adalah 18,53 mm. Sebagai kesimpulan, ekstrak etanol kulit bawang merah memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Salmonella thypi, Escherichia coli dan jamur Trichophyton mentagrophytes.

Keywords