EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar (Jan 2009)

Pembelajaran IPA Secara Dwibahasa Melalui MetodeBercerita untuk Meningkatkan Multiple Intelligences Siswa SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru

  • Novi Yanthi

DOI
https://doi.org/10.17509/eh.v1i1.2720
Journal volume & issue
Vol. 1, no. 1

Abstract

Read online

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya tren di bidang pendidikan dasar, yaitu proses pembelajaran di sekolah dasar yang mengajarkan materi subjek dalam bahasa Inggris sebagai media instruksi. Sekolah dasar di berbagai negara seperti Singapura, Cina, Malaysia, dan bahkan di Inggris (Dedezade: 2006) sekalipun telah mengaplikasikan bahasa Inggris sebagai media instruksi dalam mata pelajaran Matematika dan IPA secara dwibahasa. Tren pendidikan dasar ini juga sudah merambah ke Indonesia. Oleh karenanya, banyak sekolah dasar di Indonesia yang menetapkan kebijakan bahwa guru yang mengajar di satuan pendidikan tersebut harus memiliki keterampilan dasar bahasa Inggris agar mampu mengajarkan materi subjek menggunakan bahasa Inggris. Konsekuensi dari hal tersebut adalah guru sekolah dasar sebagai guru kelas tak hanya dituntut untuk dapat menguasai berbagai konsep materi subjek, namun harus pula terampil mengajarkannya dalam bahasa Inggris. Tujuan penelitian kali ini adalah untuk (1) mengetahui kendala yang dihadapi guru di kelas pada pembelajaran konsep IPA mengenai bagian tubuh hewan secara dwibahasa di kelas 2 SD melalui metode bercerita dan (2) mengetahui aspek multiple intelligences yang mana yang dapat ditingkatkan melalui pembelajaran IPA secara dwibahasa dengan metode bercerita. Peneliti memperhatikan proses pembelajaran IPA secara dwibahasa pada situasi natural melalui interaksi antara guru dengan siswa kelas 2 SD laboratorium UPI Kampus Cibiru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan guru dalam membelajarkan konsep IPA secara dwibahasa melalui metode bercerita masih harus ditingkatkan. Guru terpaku pada RPP yang telah disusun sehingga tidak dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kegiatan bercerita dalam pembelajaran secara terpadu. Hal ini disebabkan keterampilan bahasa Inggris guru masih kurang, yaitu dalam hal perbendaharaan kosakata, pemilihan kata yang sesuai dengan terminologi IPA, dan pelafalan kata sehingga menimbulkan kesalahan konsep IPA. Kendala‐kendala tersebut menyebabkan kurangnya kepercayaan diri guru saat melakukan tugas mengajar. (2) Pembelajaran IPA secara dwibahasa dengan metode bercerita dapat dijadikan alternatif upaya meningkatkan multiple intelligences siswa SD, yaitu kecerdasan naturalis, linguistik, visual‐spasial, dan interpersonal. Saran yang diajukan peneliti untuk meningkatkan kemampuan guru mengorganisasikan pembelajaran dwibahasa adalah dilaksanakannya program pelatihan atau seminar bagi kelompok guru SD. Pelatihan seperti ini dapat dilakukan melalui hubungan kemitraan antara kelompok guru dalam satuan pendidikan dengan LPTK penyelenggara program PGSD, salah satunya adalah UPI Kampus Cibiru