Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Mar 2024)

Trauma dan Penerimaan Luka: Pendampingan Pastoral atas Realitas Traumatis yang Tidak Dapat Diperdamaikan

  • Mangara Pakpahan

DOI
https://doi.org/10.30648/dun.v8i2.1110
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 2
pp. 738 – 759

Abstract

Read online

Abstract. Can emotional wounds heal? Pastoral theories generally have shown that it is possible to engage the complexity of emotional wounds problem. Some of it can be found in Clebsch and Jaekle’s pastoral functions and in crisis intervention methodology that presents the achievable result of responding to the counselee’s emotional wounds. However, what about the wounds that remain? Drawing from the author's accompanying research on the traumatic reality wounds that remain irreconcilable, the author offers a new way of pastoral care that responds to these wounds that remain. The posture of accepting the wounds that remain as a way of healing, would be central here. By using qualitative research methods, the author presents the ABCA crisis intervention method as a way of pastoral care that includes this posture as a way of healing. This method is relevant in that it answers the problem of the remaining wound through inviting the counselee to remember their past, reaffirming their present, and reauthoring their future as a way of healing. Abstrak. Apakah luka batin bisa sembuh? Teori-teori pastoral secara umum mengatakan bahwa kompleksitas permasalahan terkait luka batin dapat dijawab. Beberapa di antaranya dapat ditemukan dalam fungsi-fungsi pastoral menurut Clebsch dan Jaekle dan metodologi intervensi krisis yang memperlihatkan tercapainya kesembuhan dalam merespons luka batin konseli. Akan tetapi, bagaimana dengan luka yang tidak hilang? Berangkat dari penelitian dampingan penulis atas luka traumatis yang tidak kunjung hilang sekaligus tidak dapat diperdamaikan, penulis menawarkan sebuah cara baru pendampingan pastoral dalam merespons luka batin yang tidak hilang. Sikap penerimaan realitas luka yang masih ada sebagai wujud kesembuhan, menjadi penting dibahas. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penulis menawarkan metode intervensi krisis ABCA sebagai bentuk pendampingan pastoral yang mengikutsertakan sikap menerima tersebut sebagai bentuk kesembuhan. Metode ini menjadi relevan karena ia menjawab permasalahan realitas luka yang tidak dapat diperdamaikan tersebut dengan mengajak konseli untuk mengingat kembali pada masa lalunya, menegaskan kembali pada masa kininya, dan menarasikannya untuk masa depan sebagai wujud kesembuhannya.

Keywords