Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Aug 2021)

Pemberdayaan Masyarakat Desa Wakah Melalui Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong (Manihot esculenta)

  • Wachidatul Linda Yuhanna,
  • Agita Risma Nurhikmawati,
  • Pujiati Pujiati,
  • Nurul Kusuma Dewi

DOI
https://doi.org/10.30651/aks.v5i3.4897
Journal volume & issue
Vol. 5, no. 3
pp. 411 – 419

Abstract

Read online

Desa Wakah mempunyai komoditas utama ketela pohon/singkong dan hasil pertanian hortikultura. Di Desa Wakah terdapat UMKM “Gethuk Anyar” yang memproduksi gethuk singkong dalam skala besar, yang menghasilkan limbah kulit singkong rata-rata 80 kg per hari. Limbah kulit singkong belum banyak dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan bau busuk, penumpukan sampah, dan lingkungan yang tidak bersih. Tim pengabdian masyarakat akan melakukan pelatihan pemanfaatan limbah singkong menjadi produk berupa pupuk kompos, pupuk organik cair dan pakan fermentasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2020 dengan peserta sebanyak 30 orang dari karang taruna desa Wakah. Kegiatan dilaksanakan dengan pemberian materi, diskusi dan praktik langsung dengan pendekatan partisipatif. Hasil dari kegiatan ini adalah karang taruna Desa Wakah mampu memanfaatkan limbah kulit singkong menjadi produk pendukung agrikultura berupa pupuk kompos, pupuk organik cair, pakan fermentasi. Tingkat pemahaman serta skill karang taruna Desa Wakah dalam mengolah limbah kulit singkong menjadi produk pendukung agrikultura sebanyak 85% dan menenuhi target penelitian. Masyarakat juga berkomitmen untuk mengembangkan produk secara mandiri. Sinergisitas antara masyarakat, pemerintah dan dunia industri diharapkan mampu meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam mengolah limbah kulit singkong menjadi produk yang bermanfaat Kata Kunci: fermentasi, kulit singkong, pupuk organik. Wakah Village Community Empowerment Through Utilization of Cassava Peel Waste (Manihot esculenta) ABSTRACT Desa Wakah has cassava and several horticultural products as its main commodity. There is a homemade production "Gethuk Anyar" which produces “Gethuk Singkong”, a kind of traditional foods, on a large scale. As the consequences, this production brings cassava peel waste approximately up to 80 kg per day. This waste has not been used optimally, thus it causes foul odors, garbage buildup, and a polluted environment as well. Based on that problem, the researchers conduct some training programs on the utilization of cassava peel waste into several products namely: compost, liquid organic fertilizer, and fermented food for animal. This activity was carried out between March and April 2020 with 30 participants from the Karang Taruna (youth) group. Those programs consist of providing materials, facilitating discussions, and conducting workshops with a participatory approach. The result of the programs shows that Wakah community was able to utilize cassava peel waste into three agricultural supporting products; those are: compost, liquid organic fertilizer, animal fermented food. In addition, the value of participants’ understanding and skill in processing the waste was up to 85% and it meets the standard research target. Moreover, the community is also committed to develop products independently. The synergy between Wakah community, the local government and the industry workplace is expected to increase community empowerment activities in processing cassava peel waste into some useful products. Key Words: fermentation, cassava peel, organic fertilizer.

Keywords